Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
NEW EDITION
Sikap Kami
Berjalan lebih dari setahun, drama kasus Bibit-Chandra akhirnya Senin (25/10) menuju titik akhir. Kejaksaan memilih opsi pengesampingan (deponering) perkara ini. Dengan diambilnya keputusan deponeering ini, dua pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, kini secara legal nasibnya terkatung-katung,
Opini
Friend Link
Kepada Gayus Hukum Bersujud
Seluruh keperkasaan dan kewibawaan hukum Republik Indonesia mulai hari ini harus memaklumatkan kepada dunia bahwa hukum telah mati. Mati karena dipaksa bersujud dan menyembah kepada superman mahaperkasa bernama Gayus Tambunan.
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Senin, 17 Januari 2011
Kongres XIV GP Ansor
Ansor Harus Kembali ke Khittah

Jakarta - Semangat kembali ke khittah tidak hanya didengungkan Nahdhlatul Ulama, tetapi juga badan otonomnya GP Ansor. Ke depan, organisasi tersebut tidak pernah boleh menjadi bagian dari partai politik, atau menjadi bagian dari kekuatan politik tertentu.
Semangat itu salah satunya disuarakan oleh Choirul Sholeh Rasyid, Ketua GP Ansor dalam kepengurusan periode 2005 - 2010 yang juga kandidat ketua umum dalam Kongres ke XIV di Surabaya. Kembali ke khittah diakuinya tidak lagi menjadi target, melainkan harga mati untuk dijalankan.
"Itu penting ditegaskan, mengingat fenomena politik yang multipartai dan berkembangnya politik aliran saat ini, GP Ansor harus memiliki pertahanan yang kuat agar tidak mudah terjebak dalam perangkap politik praktis," kata Choirul saat berbincang dengan detikcom di lokasi kongres, Minggu (16/1/2011).

Mengenai munculnya keberagaman kandidat ketua umum dalam kongres saat ini, yaitu adanya calon dengan latar belakang partai politik tertentu, Choirul menganggapnya sebagai hal yang memang tidak bisa dihindari. Meski demikian tetap menjadi sebuah kewajiban bagi Ansor menjaga netralitasnya, dengan menjaga jarak dalam hubungannya dengan partai politik.

"Untuk mengawali independensi Ansor, harus diawali oleh indepensinya para elitnya dalam kepengurusan, agar menjaga kemungkinan stigma negatif yang dialamatkan kepada Ansor secara kelembagaan," lanjut Choirul.

Tentang langkah nyata dalam pengembalian Ansor ke khittah, apabila nantinya terpilih, Choirul menegaskan siap mengembalikan Ansor kepada 4 pilar utama sebagai dasar pendirian, di antaranya sebagai organisasi kepemudaan dan keumatan. Bahkan dia mengaku sudah menjadikan tuntutan itu sebagai visi dan misi pencalonannya sebagai kandidat ketua umum, menggantikan posisi Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.

"Motto saya dalam pencalonan adalah kembalikan Ansor sebagai organisasi kader NU dan bangsa. Itu implementasi dari semangat mengembalikan Ansor ke khittah sesuai dengan tujuan pendiriannya," tegas Choirul.

Dalam Kongres GP Ansor ke XIV di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, sebanyak 7 kandidat bersaing memperebutkan kursi ketua umum. Dari 7 orang tersebut, 6 di antaranya memiliki latar belakang politik, yaitu Chotibul Umam Wiranu (Partai Demokrat), Nusron Wahid (Partai Golkar), A Malik Haramain dan Marwan Ja'far (PKB), Saifulloh Tamliha (PPP), serta Sekretaris DPW Ansor Jawa Timur yang juga anggota DPRD Surabaya, Masduki Toha.

Sedangkan 1 kandidat yang tidak berangkat dari partai politik, yaitu Choirul Sholeh Rasyid. Lelaki asli Jawa Timur ini merupakan kader murni GP Ansor dan saat ini menjabat sebagai salah satu ketua dalam kepengurusan lama. (bdh/anw) (detiknews)